BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Pariwisata merupakan sektor penting yang menunjang perekonomian
Indonesia. Di tahun 2011 sektor ini menyumbang devisa sebesar 8,5 milyar dolar
atau sekitar 76,5 triliun rupiah dari 7,6 juta turis yang berkunjung. Berdasarkan
data dari Badan Pusat Statistik, sebelas provinsi yang paling sering dikunjungi
oleh para turis adalah Bali,
Jawa Barat,
Jawa Tengah,
Jawa Timur,
DKI Jakarta,
Sumatera
Utara, Lampung,
Sulawesi Selatan,
Sumatera
Selatan, Banten
dan Sumatera
Barat. Sekitar 59% turis berkunjung ke Indonesia untuk tujuan
liburan, sementara 38% untuk tujuan bisnis. Singapura
dan Malaysia
adalah dua negara dengan catatan jumlah wisatawan terbanyak yang datang ke
Indonesia dari wilayah ASEAN.Sementara dari
kawasan Asia
(tidak termasuk ASEAN) wisatawan Jepang berada di urutan pertama disusul RRC, Korea Selatan,
Taiwan
dan India Jumlah pendatang terbanyak dari kawasan Eropa berasal dari negara Britania Raya
disusul oleh Perancis,
Belanda
dan Jerman.
Di tahun 2012, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menargetkan jumlah
kunjungan wisatawan asing sebanyak 8 juta orang.
Untuk mencapai angka tersebut, berbagai upaya harus terus
dilakukan. Diversifikasi jenis wisata dan tujuan wisata baru mutlak dilakukan.
Saat ini kunjungan wisata masih didominasi wisata alam, dengan obyek seperti
pantai menjadi favorit dari turis yang berkunjung. Padahal ada jenis wisata
lain yang bisa dijadikan andalan, yakni wisata sejarah. Hal tersebut cukup
beralasan, mengingat di Indonesia terdapat banyak bangunan bersejarah yang
cukup menjanjikan prospeknya jika dijadikan obyek wisata. Indonesia bisa meniru
China yang memiliki bangunan bersejarah “Tembok Besar China” yang menjadi ikon
wisata di negeri Tirai Bambu tersebut.
Sayangnya, perhatian pemerintah Indonesia terhadap kelestarian
bangunan bersejarah agak kurang. Hal ini terbukti dari banyaknya kasus alih
fungsi bangunan bersejarah untuk dijadikan tempat hiburan ataupun pasar modern.
Salah satu tempat yang dapat dijadikan sebagai destinasi wisata
berbasis sejarah adalah kota Semarang. Semarang memiliki banyak bangunan dengan
nilai historis tinggi yang dapat menjadi obyek wisata. Ada bangunan bersejarah
seperti Tugu Muda. Tugu ini dibangun sebagai monumen untuk mengenang heroisme
pejuang Semarang melawan penjajah Jepang. Kemudian ada Gereja Blenduk yang
merupakan peninggalan Belanda. Museum-museum seperti Museum Ronggowarsito,
Museum Mandala Bakti, Museum Nyonya Meneer, Museum Jamu Jago dan Muri. Dan yang
baru selesai direnovasi yaitu Klenteng Sam Poo Kong, bangunan ini sangat indah,
karena merupakan perpaduan antara ornamen Cina yang sangat kental dipadu dengan
bentuk atap yang mirip joglo.
Demikian banyaknya bangunan tua di
Semarang, sehingga kota ini mendapat
julukan The Little Nederland. Hal ini merupakan keunikan
yang tidak dimiliki oleh kota-kota lain. Sebutan The Little Nederland juga menjadi nilai tambah agar wisatawan mau
berkunjung dan menikmati bangun bersejarah di kota ini. Untuk menunjang
kebutuhan para wisatawan, Semarang juga sudah mempersiapkan hotel dari yang
paling murah sampai hotel berbintang. Transportasi yang mudah dan nyaman, biro
perjalanan yang siap memandu perjalanan para wisatawan.
Hal yang lebih memprihatinkan lagi
adalah kurangnya minat dari generasi muda untuk mencintai bangunan bersejarah.
Mereka bersikap masa bodoh dan acuh tak acuh terhadap bangunan bersejarah. Rasa
mencintai dan memiliki harus ditanamkan kepada generasi muda. Karena di tangan
merekalah kelestarian bangunan bersejarah dapat terjaga. Untuk kembali
menanamkan minat kepada generasi muda akan sejarah, maka penulisan makalah ini
mengambil judul “Mewujudkan Kota
Semarang sebagai Destinasi Wisata Berbasis Sejarah”.
B.Rumusan Masalah
1.
Bagaimana upaya melestarikan bangunan
bersejarah di kota Semarang?
2.
Bagaimana upaya mewujudkan kota Semarang
sebagai destinasi wisata berbasis sejarah?
C.Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui upaya melestarikan bangunan
bersejarah di Kota Semarang.
2.
Untuk mengetahui upaya mewujudkan kota
Semarang sebagai destinasi wisata berbasis sejarah.
BAB II
Tinjauan Kepustakaan
A. Dasar teori
Pariwisata merupakan industri gaya
baru yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan
kerja, pendapatan, taraf hidup, dan dalam mengaktifkan sektor lain di dalam
negara penerima wisatawan. Di samping itu pariwisata sebagai suatu sektor yang
kompleks, mampu menghidupkan sektor-sektor lain meliputi industri-industri
seperti industri kerajinan tangan, industri cinderamata, penginapan, dan
transportasi ( Salah Wahab, Manajemen Kepariwisataan hlm. 5).
Disebutkan pula bahwa pariwisata
sebagai industri jasa yang digolongkan sebagai industri ke tiga cukup berperan
penting dalam menetapkan kebijaksanaan mengenai kesempatan kerja, dengan alasan
semakin mendesaknya tuntutan akan kesempatan kerja yang tetap sehubungan dengan
selalu meningkatnya wisata pada masa yang akan datang (James J. Spillane.
Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya hlm. 47).
Wisata yang bisa dikembangkan lagi
potensinya adalah wisata sejarah. Dan salah satu kota yang memiliki potensi
wisata sejarah adalah Semarang. Di kota ini terdapat bangunan-bangunan
bersejarah yang jika dipoles dengan baik dapat dikemas menjadi obyek wisata
dengan nilai jual tinggi.
Sadar akan potensi dari wisata tersebut, pemerintah Semarang
melakukan berbagai upaya untuk melestarikan keberadaan bangunan bersejarah
tersebut. Beberapa tahun lalu di awal 1990-an (tepatnya 1992) Walikota Semarang
melakukan pendataan bangunan kuno bersejarah. Lewat sebuah SK Walikota No
646/50/92, dinyatakan 101 bangunan kuno di Semarang harus dilindungi. Namun
dari jumlah itu semakin banyak yang rusak karena diperlakukan sembarangan
bahkan sampai dibongkar oleh pemiliknya. Selama 10 tahun terakhir saja, 17
bangunan kuno di Semarang runtuh. atau sengaja dirobohkan.
Upaya pelestarian tersebut memang sejalan dengan upaya
pengembangan destinasi pariwisata. Dalam pelaksanaannya, upaya pengembangan
kepariwisataan, pada dasarnya melibatkan berbagai pihak pemangku kepantingan
(stakeholders), –yang saling dibutuhkan dan membutuhkan satu sama lainnnya ,
yaitu: Pemerintah (Pusat & Daerah) – Pelaku Usaha (Industri) – Lingkungan
(Alam & Budaya) – Masyarakat – Wisatawan (Wisman & Wisnus). Maka,
pemikiran konsep pengelolaan Destinasi Pariwisata hendaknya didasarkan atas
model pengelolaan yang melibatkan pemangku kepentingan di lokasi destinasi yang
bersangkutan, – tidak termasuk wisatawan -, dalam suatu wadah Lembaga Pengelola
Destinasi (Destination Management Organization, DMO). Agaknya tidak boleh
dilupakan, bahwa berkenaan dengan pelaksanaan OTDA (otonomi daerah) DMO perlu
melibatkan juga unsur Pemerintah Pusat (dalam hal ini Kementerian Dalam Negeri
dan BUDPAR) yang dapat menjadi jalur koordinasi antara Pusat dan Daerah
(otonomi) (http://caretourism.wordpress.com/2010/06/27/visi-pengembangan-destinasi-pariwisata-indonesia).
B.Hipotesis
Pesatnya kegiatan pembanguan kota modern menyebabkan
keberlangsungan sisa-sisa masa lalu tersebut semakin menghadapi kritis.
Meskipun pembangunan fisik akan menggairahkan roda perekonomian masyarakat,
disayangkan pembangunan kota modern itu yang mendasarkan perencanaan pada
prinsip efisiensi telah dengan nyata menomorduakan aspek-aspek sejarahnya.
Sementara di lain pihak, ada tuntutan untuk mempertahankan atau melindungi
bangunan-bangunan lama agar sifat khas kotanya terjaga dengan baik. Ironisnya,
prinsip untuk mempertahankan kelestarian peninggalan-peninggalan lama sering
dinilai menghambat efektivitas pembangunan. Sebaliknya, banyak pihak memandang
prinsip pembangunan ekonomi berjalan terlalu pragmatis dan tidak mau
memedulikan makna bangunan kuno sebagai warisan budaya. Padahal sebagai warisan
budaya, sisa-sisa masa lalu tidak hanya dapat dikembangkan sebagai wahana
pendidikan, tetapi juga sebagai sumber pariwisata budaya yang potensial dan
memiliki nilai-nilai ekonomi besar. (http://hurahura.wordpress.com/2010/03/20/pembangunan-fisik-dan-pelestarian-sejarah)
Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan kemauan dari pemerintah
guna melestarikan bangunan bersejarah. Upaya pelestarian sejalan dengan pengembangan
wisata berbasis sejarah.
C. Metodologi Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian dari makalah ini adalah deskriptif yang
dilaksanakan untuk memperoleh gambaran secara nyata tentang mewujudkan kota
Semarang sebagai destinasi wisata berbasis sejarah.
2. Subjek penelitian
Mengamati secara
langsung kuil Sam Poo Kong.
3. Pengumpulan data
Pengumpulan data dengan kajian pustaka diambil dari beberapa buku
dan sumber dari internet.
BAB III
Mewujudkan Kota Semarang sebagai Destinasi Wisata Berbasis Sejarah
A.
Deskripsi Objek
Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Semarang
merupakan kota yang dipimpin oleh wali kota Drs. H. Soemarmo HS, Msi dan wakil
wali kota Hendrar Prihadi, SE, MM. Kota ini terletak sekitar 466 km sebelah
timur Jakarta, atau 312 km sebelah barat Surabaya, atau 624 km sebalah barat
daya Banjarmasin (via udara). Semarang berbatasan dengan Laut Jawa di utara,
Kabupaten Demak di timur, Kabupaten Semarang di selatan, dan Kabupaten Kendal
di barat.
Semarang memiliki banyak bangunan
dengan nilai historis tinggi yang dapat menjadi obyek wisata. Ada bangunan
bersejarah seperti Tugu Muda. Tugu ini dibangun sebagai monumen untuk mengenang
heroisme pejuang Semarang melawan penjajah Jepang. Kemudian ada Gereja Blenduk
yang merupakan peninggalan Belanda. Museum-museum seperti Museum Ronggowarsito,
Museum Mandala Bakti, Museum Nyonya Meneer, Museum Jamu Jago dan Muri. Dan yang
baru selesai direnovasi yaitu Klenteng Sam Poo Kong, bangunan ini sangat indah,
karena merupakan perpaduan antara ornamen Cina yang sangat kental dipadu dengan
bentuk atap yang mirip joglo. Demikian banyaknya bangunan tua di Semarang,
sehingga kota ini mendapat julukan The Little Nederland. Hal ini merupakan keunikan yang tidak dimiliki oleh
kota-kota lain. Sebutan The Little
Nederland juga menjadi nilai tambah agar wisatawan mau berkunjung dan
menikmati bangun bersejarah di kota ini.
B. Upaya Melestarikan Bangunan Bersejarah di Kota
Semarang
Pemerintah Kota Semarang sangat peduli dengan kelestarian bangunan
sejarah di kota ini. Renovasi kuil Sam Poo Kong adalah salah satu contoh nyata.
Kuil Sam Poo Kong atau Gedong
Batu adalah sebuah kuil Tionghoa yang terletak di daerah Simongan, Semarang, Indonesia.
Tempat ini konon dulunya adalah tempat persinggahan Laksamana Cheng Ho, seorang
penjelajah asal Tiongkok yang beragama Islam.
Klenteng Sam Poo Kong terkenal hingga ke mancanegara, bahkan
kabarnya merupakan tempat yang telah ditetapkan oleh pemerintah Tiongkok
sebagai tujuan wisata bagi pelancong asal Tiongkok. Uniknya tujuan wisata ini
kebanyakan oleh warga muslim Tiongkok dan bernuansa budaya Islam, bukan nuansa
budaya Tiongkok yang lekat dengan dupa dan lilin. Hal ini disebabkan warga muslim
Tiongkok dari propinsi Yunnan sangat akrab dan mengenal baik serta menyakini
bahwa Laksamana Cheng Ho sebagai panglima perang utusan Tiongkok keturunan Persia
memiliki latar belakang Islam.
Bangunan inti dari klenteng ini adalah sebuah gua batu dan
merupakan tempat utama dari lokasi ini. Gua batu ini dipercaya sebagai tempat
awal mendarat dan markas Laksamana Cheng Ho beserta anak buahnya saat
berkunjung ke Pulau Jawa. Di dalamnya terdapat patung yang dipercaya sabagai
patung Sam Poo Tay Djien atau Laksamana Cheng Ho. Di lokasi ini juga bisa
dijumpai altar dan makam orang-orang kepercayaan Laksamana Cheng Ho saat di Jawa,
yang sering pula dikunjungi pengunjung untuk berziarah.
Pemberian nama bangunan/gedung tersebut cukup unik mengingat
pemberian nama didasarkan pada benda yang berasal dari kapal tersebut. Sebagai
contoh, Mbah Kiai Cundrik Bumi merupakan tempat segala jenis persenjataan yang
digunakan untuk mempersenjatai awak kapal. Kiai/Nyai Tumpeng berkaitan dengan
urusan makanan di kapal dan Kiai Djangkar tempat meletakkan jangkar kapal.
Sedangkan Mbah Djurumudi diduga/dipercaya sebagai makam dari jurumudi kapal.
Dalam bangunan tersebut dihiasai dengan berbagai lukisan dan patung-patung yang
menggambarkan perjalanan Cheng Ho sampai ke Jawa termasuk pula di permukaan dua
pilar bangunan utama.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Contoh contoh makalah
dengan judul Contoh Laporan Perjalanan. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://study-succes.blogspot.com/2013/11/contoh-laporan-perjalanan.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Unknown - Tuesday, November 19, 2013
Belum ada komentar untuk "Contoh Laporan Perjalanan"
Post a Comment