Perkembangan UMKM dari Sisi Teori



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang masalah

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah sebuah usaha ekonomi produktif yang memiliki jumlah kekayaan dan penjualan tahunan tertentu dan hal tersebut diatur dalam Undang-Undang untuk menentukan kategori usaha tersebut. Pengertian UMKM menurut BPS di dalam Kuncoro usaha kecil identik dengan industri kecil dan industri rumah tangga. BPS mengklasifikasikan industri berdasrakan jumlah pekerjanya, yaitu: (1) industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang; (2) industri kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3) industri menengah dengan pekerja 20-99 orang; (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih.

Menurut  Sri Winarni (2006)  Pada umumnya, usaha kecil mempunyai ciri antara lain sebagai berikut (1)  Biasanya berbentuk usaha perorangan dan belum berbadan hukum perusahaan, (2) Aspek legalitas usaha lemah, (3) Struktur organisasi bersifat sederhana dengan pembagian kerja yang tidak baku, (4) Kebanyakan tidak mempunyai laporan keuangan dan tidak melakukan pemisahan antara kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan, (5) Kualitas manajemen rendah dan jarang yang memiliki rencana usaha, (6) Sumber utama modal usaha adalah modal pribadi, (7)  Sumber Daya Manusia (SDM) terbatas, (8) Pemilik memiliki ikatan batin yang kuat dengan perusahaan, sehingga seluruh kewajiban perusahaan juga menjadi kewajiban pemilik.

Keberadaan UMKM yang turut menopang perekonomian negara membuat para ahli  memberikan perhatian kepada perkembangan UMKM. Nama-nama seperti Staley dan Morse,  Hoselitz, serta Anderson merupakan ahli yang menghasilkan teori klasik perkembangan UMKM.Selain itu ada teori mengenai flexible specialisation (FS) yang didasarkan pada kinerja UMKM di negara-negara Eropa Barat. Teori ini membahas pentingnya jaringan-jaringan subkontrak dan keuntungan-keuntungan dari aglomerasi dan pengelompokan, atau umum disebut kluster bagi perkembangan UMKM. Di Bab II akan dijabarkan mengenai perkembangan UMKM dari perspektif teori.


1.2  Rumusan Masalah

a.       Bagaimana pola perkembangan UMKM dipandang dari teori?
b.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pola perubahan?
BAB 2
ISI
2.1 Pola dari Perkembangan UMKM
            Dalam pembahasan sistem-sistem industri dan peran UMKM di dalam sistem-sistem tersebut serta pola perkembangan dari kelompok usaha itu di NSB, perhatian umumnya terfokus pada karya-karya yang terkenal, termasuk dari Hoselitz(1959), Staley dan Morse(1965), sera Anderson (1982). Pemikiran-pemikiran mereka diklasifikasikan sebagai teori-teori “klasik” mengenai perkembangan UMKM. Sedangkan yang termasuk dalam literature yang dimunculkan paradigm baru atau disebut juga teori-teori “modern” mengenai perkembangan UMKM adalah Berry dan Mazumdar(1991) serta Levy (1991).
2.1.1 Teori-teori “Klasik”
            Literatur mengenai UMKM di NSB pada umumnya membahas UMKM di industry manufaktur, dan perkembangan literatur ini diawali oleh munculnya artikel dari Staley dan Morse tahun 1965. Studi mereka didasarkan pada pengalaman dari NM dan NSB, proses pengolahan , dan pasar atau tipe dari produk yang di hasilkan. Proses pengolahan bahan baku yang lokasinya tersebar dan produk-produk untuk pasar-pasar lokal dengan biaya transportasi yang relative tinggi adalah dua kondisi lokasi yang paling penting. Operasi-operasi pengolahan yang terpisah ,kerajinan, atau pekerjaan tangan yang sangat membutuhkan presisi , dan proses perakitan, pencampuran, dan penyelesain akhir yang sederhana adalah kondisi-kondisi paling penting dari proses pengolahan bagi keberadaan UMKM. Sedangkan kondisi pasar yang cocok bagi perkembangan UMKM adalah dalam bentuk produk diferensiasi dengan skala ekonomi yang rendah dan melayani pasar-pasar kecil.
Staley dan Morse (1965) beragumen bahwa khususnya kegiatan-kegiatan pengolahan yang terpisah atau spesifik dan produk diferensiasi dengan skala yang rendah adalah factor-faktor paling penting yang menjelaskan keberadaan UMKM di negara sedang berkembang (NSB).
A.    Pangsa Tenaga Kerja
Walaupun hubungan antara besarnya antara unit usaha dan tingkatan pembangunan ekonomi telah diungkapkan oleh sejumlah peneliti lewat analisis mereka terhadap tahap-tahap pembangunan, literature teori yang ada mengenai bahagimana UMKM akan dipengaruhi oleh pendapatan riil perkapita (sebagai suatu indicator dari tungkat atau proses pembangunan ekonomi) hingga saat ini masih relatif terbatas. Perhatian terhadap isu ini pertama kali diberikan oleh Hozelitz yang dijabarkan dalam tulisannya(1959) mengenai industrialisasi di Jerman. Ia menunjukkan bahwa pada tahap awal pembangunan, sektor manufactur di negara itu didominasi oleh pengrajin-pengrajin dan banyak dari mereka akhirnya berkembang menjadi usaha-usaha besar; sedangkan yang lainnya gugur atau kegiatannya mengalami stagnasi.
Namun demikian, Hozelitz(1959) tidak menganalisis secara eksplisit sifat alami dari keterkaitan antara tingkat industrialisasi dan perubahan structural didalam sector manufactur. Dia lebih menekankan pada karakteristik dari biaya produksi yang rendah, yang ia simpulkan sebagai kunci keberhasilan dari UMKM. Rendahnya biaya produksi disebabkan terutama oleh pemakaian anggota-anggota keluarga sebagai pekerja-pekerja tidak dibayar.
Mengikuti penelitiannya Hozelitz, Parker ( 1979) dan Anderson (1982) juga mengembangkan tipologi fase pertumbuhan yang jika di klasifikasikan menurut skala, berlangsung melalui 3 fase.

o   Fase pertama
Tahap awal pembangunan industri ( ekonomi masih dicirkan dengan ekonomi agraris). Dalam tahap ini, UMI lebih terkonsentrasi di industri-industri seperti pakaian jadi, pandai besi, alas kaki, kerajinan, bahan-bahan bangunan sederhana, serta makanan dan minuman. Dibanyak Negara, termasuk Indonesia, kebanyakan UMI adalah usaha sendiri tanpa pekerja ( didalam literature umum disebut self-employment atau unit usaha satu orang dimana pemilik melakukan semua pekerjaan).

o   Fase kedua
Diwilayah-wilayah yang lebih berkembang dengan pendapatan perkapita lebih tinggi, UK dan UM (sebut UKM) mulai muncul dan tumbuh pesat, dan secara perlahan menggeser UMI di sejumlah subsector manufaktur. Ada sejumlah factor yang bias menjelaskan ekspansi UKM pada fase ini.  Steel (1979), misalnyamenekankan salah satunya adalah pentingnya pasar (dia sebut cash market, yang artinya pasar dimana penjualan dan pembelian dilakukan dengan uang) yang berkembang.

o   Fase Ketiga
Pada tahap terakhir pembangunan, pabrik-pabrik besar (UB) menjadi dominan, menggantikan UKM ( dan juga UMI yang masih ada) di sejumlah industry. Menurut Anderson (1982) fase ini sebagian adalah suatu produk dari fase dua sejak pertumbuhan output dan kesempatan kerja di UB dapat dibagi ke:
a.       Perkembangan skala usaha dari yang sebelumnya UKM menjadi UB
b.      Perluasan skala produksi dari UB
Dapat dikatakan bahwa bukti empiris mengenai pola perubahan struktur usaha yang sistematis disektor industry, walaupun masih terbatas, lebih banyak daripada literature teorinya. Penelitian-penelitian dari Snodgrass dan Biggs (1996) and Tambunan (1994) mungkin dapat memberikan suatu gambaran umum mengenai pentingnya UMI dan UK secara relative menurut Negara dengan tingkat pembangunan ekonomi.
Mungkin penelitian dari Beck dkk. (2003) dapat dikatakan sebagai studi empiris lintas Negara pertama mengenai relasi antara pertumbuhan UMKM dan pertumbuhan ekonomi dengan memakai data pangsa UMKM di dalam total kesempatan kerja di industry manufaktur dari suatu jumlah besar Negara di Afrika, Eropa, Asia dan Amerika. Untuk analisis mereka, dikembangkan dua jenis pengukur skala usaha


B.    Pangsa Output
Komposisi output dari UMKM di industry manufaktur juga bergeser dalam proses pembangunan. Saat pendapatan perkapita meningkat, kegiatan-kegiatan UMKM bergeser dari industry-industri ringan dengan pengolahan sederhana ke industry-industri berat yang memproduksi barang-barang antara dan kemudian barang-barang modal dengan proses yang lebih rumit (Biggs dan Oppenheim, 1986). Dalam kapita lain, dengan berjalannya pembangunan atau meningkatnya pendapatan perkapita, pangsa UMKM yang membuat barang-barang tradisional sebagai suatu persentase dari jumlah kesempatan kerja atau perusahaan di industry-indutri terkait berkurang (Liedholm dan Parker, 1989)
Biggs dan Oppenheim (1986) juga menunnjukkan bukti yang mengindikasikan bahwa pergeseran sektoral atau perpindahan dari sebelumnya membuat produk-produk sederhana ke produksi barang-barang yang lebih canggih di dalam suatu kelompok industry berlangsung bebarengan dengan perubahan skala usaha, yakni dari UMI menjadi UK, dari UK ke UM, dan dari UM tumbuh menjadi UB.

C. Perbedaan Pola Pembangunan  UMKM Menurut Wilayah Pedesaan dan Perkotaan
Di dalam sebuah negara, perbedaan-perbedaan dalam pola transisi di dalam kelompok UKM (yaitu perkembangan dari UMI menjadi UK menjadi UM) atau dari UM menjadi UB juga terjai menurut lokasi, yakni antara pedesaan atau perkotaan.
Perbedaan karakteristik juga kelihatan dalam kewirausahaan. Untuk ini, Liedholm (1973) beragumen bahwa di pedesaan pengusaha-pengusaha mikro dan kecil memiliki perbedaaan-perbedaan dalam latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang sbstansial dibandingkan rekan mereka di perkotaan.
Perbedaan dalam orientasi pasar juga kelihatan nyata. Hasil observasi dari Chuta dan Liedholm (1985) di Sierra Leone (Afrika) mengungkapkan adanya suatu ketertarikan erat antara laju pertumbuhan UMKM dan jumlah pekerjanya dengan luas lokasi: laju pertumbuhan UMKM di perkotaan lebih pesat dibandingkan di pedesaan. Alasan utamanya menurut Anderson (1982) adalah pertumbuhan pasar yang lebih pesat di perkotaan daripada di pedesaan.
Seangkan menurut Byerlee (1973) adanya perbedaan dalam pola perubahan atau pembangunann antara UMKM pedesaan dan UMKM perkotaan, disebabkan oleh pola penawaran dan permintaan dari perusahaan-perusahaan di pedesaan yang sangat berbeda dengan di perkotaan, walaupun dalam skala yang sama.
D. Pola Keseluruhan
Baik Hoselitz (1959) maupun Anderson (1982)memprediksi bahwa keunggulan komparatif dari UMKM akan berkurang terus dan UB akan semakin mendominasi ekonomi dengan semakin majunya pembangunan.


2.1.2 Teori-teori “Modern”
Pada dekade 80-an, muncul tesis flexible specializatin (FS) dan sejak itu sudah banyak makalah-makalah seminar, penelitian-penelitian, artikel-artikel dijurnal-jurnal, dan buku-buku yang ditulis mengenai isu baru ini.
Konsep FS berasosiasi erat dengan buku yang terkenal dari Piore dan Sabel (1984) mengenai “ the second industrial divide”. Di dalam buku ini, menegaskan bahwa UMKM di lokasi-lokasi itu telah menjadi bentuk yang dominan dari organisasi industri.
Dalam beberapa tahun belakangan ini muncul literatur yang hampir serupa dengan tesis FS, tetapi secara eksplisit melihat UMKM atau wirausaha sebagai sumber inovasi. Literatur ini menegaskan bahwa UMKM yang melakukan suatu strategi inovasi adalah UMKM yang akan bisa membuat produk-produk yang kompetitif yang berarti juga UMKM yang bisa bertahan terus dan bahkan berkembang pesat.
Literatur ini didukung oleh banyak studi kasus mengenai peran UMKM sebagai motor penggerak inovasi dan efek positifnya terhadap industri-industri dimana UMKM tersebut beroperasi pada khususnya dan ekonomi pada umumnya. Hasil penelitian dari Audretsch dan
Fritsch (2002) mengungkapkan bahwa di daerah-daerah yang tingkat kelahiran perusahaan-perusahaan baru lebih tinggi juga menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan di daerah-daerah yang sebaliknya, yang tingkat membuka atau memulai usahanya rendah. Mereka menyimpulkan bahwa motor penggerak pertumbuhan telah bergeser ke kewirausahaan sebagai suatu sumber pertumbuhan. Hal yang serupa juga dijumpai oleh Reynold (1999) dengan data AS yang menunjukkan adanya suatu keterkaitan positif antara derajat dari perkembangan kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi.
Di Rusia, Struthers dkk. (1996) melihat kehancuran rezim komunis beserta sistem ekonominya yang sentralistik menjadi suatu kesempatan besar bagi perkembangan UMKM, dan salah satu caranya adalah dengan mentransfer semua BUMN yang bangkrut menjadi usaha-usaha yang lebih kecil dan efisien.
Rothwell dan Zegveld (1982) menguraikan beberapa alasan dari kebijaksanaan umum yang mendukung UMKM, diantaranya yang terpenting adalah: (i) distribusi dari kekuatan pasar lewat sebuah sistem dari UMKM membuat suatu distribusi dari kekuatan pasar yang lebih baik didalam masyarakat secara umum
(ii) suatu tingkat konsentrasi pasar yang tinggi mengakibatkan ekonomi tidak efisien.
(iii) UMKM bisa berfungsi sebagai suatu peredam terhadap goncangan kesempatan    kerja, misalnya pada saat krisis ekonomi 1997/1998 di Indonesia, dan
(iv) UMKM menghasilkan produk-produk yang lebih bervariasi yang bisa memenuhi selera individu masyarakat.
Sedangkan dari perspektif inovasi atau perubahan teknologi, beberapa alasan kenapa UMKM sangat penting adalah sebagai berikut:
(a) perubahan teknologi paling baik dipromosikan didalam sebuah sistem yang menggunakan potensi dari relasi atau kerjasama yang saling menguntungkan antara UMKM dan UB,
(b) banyak bukti yang menunjukkan bahwa UMKM sangat aktif dalam kegiatan-kegiatan inovasi yang bertanggungjawab untuk suatu pangsa yang besar dari inovasi-inovasi yang ada,
(c) ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa UMKM memiliki suatu kinerja yang lebih tinggi daripada UB.

2.2 Faktor-faktor utama yang mempengaruhi pola perubahan.

2.2.1 Faktor pendapatan-permintaan
a)      Perubahan permintaan

 Dari perdebatan antara literatur “klasik” mengenai UMKM di NSB dan tesis FS yang dikembangkan berdasarkan dinamika UMKM disejumlah NM , dapat disimpulkan bahwa efek dari pertumbuhan pendapatan dan pergeseran permintaan terhadap UMKM bisa positif atau negatif. Itu tergantung pada karakteristik dari perubahan tesebut dan kemauan atau cara UMKM melakukan penyesuaian.

b)     Pola permintaan terhadap produk-produk UMKM di perdesaan

Mengetahui bahwa sebagian besar dari UMKM di NSB ( terutama negara-negara miskin) adalah UMI dan berlokasi di perdesaan , efek dari peningkatan pendapatan di perdesaan atau modernisasi perekonomian perdesaan pada permintaan lokal terhadap produk-produk buatan UMI perdesaan menjadi isu penting .  Di perdesaan merupakan output pertanian meningkat yang selanjutnya menbuat pendapatanperdesaan meningkat , sebagai suatu konsekuensi langsung , pasar-pasar baru bermunculan untuk barang-barang konsumen dan barang-barang modal , seperti mesin-mesin dan alat-alat , produksi untuk pertanian , tetaapi tersebar , tidak terpusat disatu atau beberapa lokasi khusus.

Namun demikian ,perbaikan insfrastruktur dan fasilitas transportasi diperdesaan bisa juga menciptakan pasar baru diperkotaan bagi barang-barang buatan industri perdesaan , dan ini akan menjadi suatu pendorong bagi pertumbuhan industri perdesaan.

Seperti telah dibahas sebelumnya , peningkatan pendapatan perdesaan sebagian besar berasal  dari peningkatan output  dan berarti juga pendapatan disektor pertanian , yang selanjutnya meningkatkan permintaan untuk barang-barang nonpertanian . Ini artinya sumber pertanian terhadap produk-produk dari industri-industri perdesaan sebagian berhubungan dengan petumbuhan pendapatan disektor pertania ( Islam, 1987)


2.2.2 Faktor pendapatan-penawaran

Perubahan pendapatan riil perkapita juga berpengaruh terhadap pola dari perubahan kesempatan kerja di UMKM lewat sisi penawarannya , yaitu lewat pasar tenaga kerja dalam bentuk perpindahan tenaga kerja ke( atau keluar dari) UMKM dari (ke) UB atau dari (ke) UMKM disubsektor-subsektor manufaktur atau sektor-sektor lainnnya .
Misalnya , suatu studi dari Weijland(1992) terhadap industri-industri perdesaan di Indonesia menunjukkan bahwa dipulau-pulau diluar Jawa dimana penduduknya tidak terlalu miskin dan produktivitas tenaga kerja dipertanian relatif tinggi, jumlah orang yang bekerja di UMI perdesaan relatif lebih sedikit.
Suatu hipoteesis teori mengenai relasi antara perubahan pendapatan perkapita dan perunahan pangsa kesempatan kerja atau output  dari UMKM bisa dibuat seperti berikut . Kenaikan pendapatan memberi efek posif terhadap UMKM lewat pasar output (efek sisi permintaan postif) dan pasar tenaga kerja (efek sisi penawaran positif) atau negatif lewat pasar tenaga kerja(efek sisi penawaran negatif) dan pasar output  (efek sisi permintaan negatif).

2.2.3 Faktor populasi-permintaan

Tingkat permintaan perdesaan terhadap produk-produk lokal ridak hanya tergantung pada tingkat pendapatan riil per kapita (dan faktor-faktor lain) , tetapi juga pada besarnya populasi . Didalam penelitian Weijland(1991) yang menggunaka suatu model ekonometri sederhana mengenai pertumbuhan industri perdesaan di Indonesia , kepadatan penduduk juga ditemukan sebagai  suatu faktor sisi permintaan yang penting. Seperti harapan teori , disuatu daerah yang padat penduduk , permintaan lokal terhadap produk-produk buatan produk-produk buatan , UMKM lokal lebih besar daripada disuatu daerah dengan jumlah penduduk yang sedikit.

2.2.4 Faktor penawaran-produksi

White(1976) membuat suatu perbedaan antara faktor-faktor permintaan dan penawaran dalam menelaskan besarnya kesempatan kerja nonpertania di perdesaan. Menurutnya , kesempatan kerja ini ditentukan oleh suatu interaksi yang kompleks antara dua kelompok faktor-faktor tersebut.
Singkatnya , relasi antara perubahan kepadatan populasi dan perubahan pangsa tenaga kerja dari UMKM positif lewat pasar output( efek sisi permintaan positif) dan pasar tenaga kerja (efek sisi penwaran positif)

2.3 Faktor-faktor “Push” versus “pull”

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa relasi antara perubahan pendapatan perkapita dan perbahan porsi dari total kesempatan kerja yang bekerja di UMKM bisa negatif , saat pertumbuhan pendapatan yang merefleksikan kesempatan kerja disektor-sektor lain lebih baik , yang mengakibatkan suatu pertumbuhan negati dari penawaran tenaga kerja ke UMKM. Ini memberi kesan bahwa UMKM berfungsi sebagai “pemampung terakhir” (last resort) bagi orang atau keluarga miskin . Kebanyakan orang yang melakukan UMKM terutama UMI , di NSB adalah dari kelompok miskin yang berpendidikan rendah ( bahkan banyak tidak menamati sekolah dasar). Karena pendidikan mereka rendah , mereka tidak ada harapan untuk bis mendapatkan pekerjaan, terutama disektor formal , dengan pendapatan yang baik. Jadi , sebagai alternatif satu-satunya untuk bisa bertahan hidup , mereka terpaksa bekerja di atau membuka UMI . Oleh karena itu , tidak heran apabila UMKM dan UMI pada khususnya sangat banyak dinegara-negara miskin .

Jadi , secara singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan atau tetap banyaknya UMKM dan khususnya UMI di Indonesia bisa menandaka suatu pembangunan yang positif , dalam arti banyak orang memang tertarik (pull) untuk melakukannya karena berbagai alasan , seperti ingin mandiri (tidak mau bekerja sebagai pegawai) , ingin mengembangkan kemampuan diri sendiri , dan karena ada prospek pasar yang lebih baik ; atau karena terpaksa (push) seperti dalam kasus petani miskin yang dibahas diatas.

BAB 3
PENUTUP


3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa teori perkembangan UMKM terdiri dari dua teori yaitu teori klasik dan modern. Dimana dalam teori klasik dikemukakan dalam pemikiran-pemikiran Hozelith, Staley dan Porse, serta Anderson. Dalam teori klasik beranggapan kalau khususnya kegiatan-kegiatan pengolahan yang terpisan dan diferensisasi produk adalah hal yang paling penting. Mereka mengidentifikasi tiga kategori kondisi bagi keberadaan UMKM yaitu lokasi,  proses pengolahan, dan pasar atau tipe dari produk yang dihasilkan. Sedangkan teori modern merupakan gabungan dari pemikiran-pemikiran Berry dan Mazumdar serta Levy yang menyatakan dalam proses pembangunan, pangsa “ekonomi” dari UMKM akan naik, bukan menurun seperti pendapat teori klasik. Walaupun akan bervariasi antar Negara karena adanya perbedaan dalam banyak factor, antara lain kemampuan tekhnologi, kesediaan SDM berkualitas dan tingkat dan pola dari proses pembangunan. Faktor utama yang mempengaruhi pola perubahan yakni factor pendapatan-permintaan, pendapatan-penawaran, populasi-penawaran, penawaran populasi.

            3.2 Saran
            Teori-teori perkembangan UMKM  harus disikapi dengan bijak oleh para pemangku kebijakan guna mendukung perkembangan UMKM. Diharapkan para pemangku kebijakan melakukan pelatihan dan pemberian bantuan teknis bagi UMKM agar bisa meningkatkan inovasi.

Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Contoh contoh makalah / Ekonomi dengan judul Perkembangan UMKM dari Sisi Teori. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://study-succes.blogspot.com/2013/12/perkembangan-umkm-dari-sisi-teori.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Unknown - Friday, December 20, 2013

3 komentar untuk "Perkembangan UMKM dari Sisi Teori"

  1. itu ada sumber kutipan kutipannya nggak? kalo ada bisa minta nggak?

    ReplyDelete
  2. sangat Membantu makasih

    www.gratisan-pol.blogspot.com

    ReplyDelete
  3. Apakah anda saat ini sering melakukan promosi, namun mirisnya tidak ada yang membeli satupun, padahal sudah mengeluarkan modal yang banyak, dan yang ruginya lagi anda tidak balik modal. Jangan biarkan ini terjadi kalau mindset anda ingin sukses.

    Tapi sekarang anda tidak perlu khawatir lagi, sekarang anda bisa tahu kesalahan promosi dan solusinya agar lebih 7 kali liapt untuk mendapatkan pelanggan dalam jumlah yang banyak, DIJAMIN, kalau penasaran langsung Klik Sekarang Disini

    ReplyDelete