BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
adalah sebuah usaha ekonomi produktif yang memiliki jumlah kekayaan dan
penjualan tahunan tertentu dan hal tersebut diatur dalam Undang-Undang untuk
menentukan kategori usaha tersebut. Pengertian UMKM menurut BPS di dalam Kuncoro
usaha kecil identik dengan industri kecil dan industri rumah tangga. BPS
mengklasifikasikan industri berdasrakan jumlah pekerjanya, yaitu: (1) industri
rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang; (2) industri kecil dengan pekerja 5-19
orang; (3) industri menengah dengan pekerja 20-99 orang; (4) industri besar
dengan pekerja 100 orang atau lebih.
Menurut Sri Winarni (2006)
Pada umumnya, usaha kecil mempunyai ciri antara lain sebagai berikut
(1) Biasanya berbentuk usaha perorangan dan belum berbadan hukum
perusahaan, (2) Aspek legalitas usaha lemah, (3) Struktur organisasi bersifat
sederhana dengan pembagian kerja yang tidak baku, (4) Kebanyakan tidak
mempunyai laporan keuangan dan tidak melakukan pemisahan antara kekayaan
pribadi dengan kekayaan perusahaan, (5) Kualitas manajemen rendah dan jarang
yang memiliki rencana usaha, (6) Sumber utama modal usaha adalah modal pribadi,
(7) Sumber Daya Manusia (SDM) terbatas, (8) Pemilik memiliki ikatan batin
yang kuat dengan perusahaan, sehingga seluruh kewajiban perusahaan juga menjadi
kewajiban pemilik.
Keberadaan UMKM yang turut menopang
perekonomian negara membuat para ahli
memberikan perhatian kepada perkembangan UMKM. Nama-nama seperti Staley
dan Morse, Hoselitz, serta Anderson
merupakan ahli yang menghasilkan teori klasik perkembangan UMKM.Selain itu ada
teori mengenai flexible specialisation (FS)
yang didasarkan pada kinerja UMKM di negara-negara Eropa Barat. Teori ini
membahas pentingnya jaringan-jaringan subkontrak dan keuntungan-keuntungan dari
aglomerasi dan pengelompokan, atau umum disebut kluster bagi perkembangan UMKM. Di Bab II
akan dijabarkan mengenai perkembangan UMKM dari perspektif teori.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana
pola perkembangan UMKM dipandang dari teori?
b. Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi pola perubahan?
BAB 2
ISI
2.1
Pola dari Perkembangan UMKM
Dalam pembahasan sistem-sistem
industri dan peran UMKM di dalam sistem-sistem tersebut serta pola perkembangan
dari kelompok usaha itu di NSB, perhatian umumnya terfokus pada karya-karya
yang terkenal, termasuk dari Hoselitz(1959), Staley dan Morse(1965), sera
Anderson (1982). Pemikiran-pemikiran mereka diklasifikasikan sebagai
teori-teori “klasik” mengenai perkembangan UMKM. Sedangkan yang termasuk dalam
literature yang dimunculkan paradigm baru atau disebut juga teori-teori
“modern” mengenai perkembangan UMKM adalah Berry dan Mazumdar(1991) serta Levy
(1991).
2.1.1
Teori-teori “Klasik”
Literatur mengenai UMKM di NSB pada
umumnya membahas UMKM di industry manufaktur, dan perkembangan literatur ini
diawali oleh munculnya artikel dari Staley dan Morse tahun 1965. Studi mereka
didasarkan pada pengalaman dari NM dan NSB, proses pengolahan , dan pasar atau
tipe dari produk yang di hasilkan. Proses pengolahan bahan baku yang lokasinya
tersebar dan produk-produk untuk pasar-pasar lokal dengan biaya transportasi yang
relative tinggi adalah dua kondisi lokasi yang paling penting. Operasi-operasi
pengolahan yang terpisah ,kerajinan, atau pekerjaan tangan yang sangat
membutuhkan presisi , dan proses perakitan, pencampuran, dan penyelesain akhir
yang sederhana adalah kondisi-kondisi paling penting dari proses pengolahan
bagi keberadaan UMKM. Sedangkan kondisi pasar yang cocok bagi perkembangan UMKM
adalah dalam bentuk produk diferensiasi dengan skala ekonomi yang rendah dan
melayani pasar-pasar kecil.
Staley
dan Morse (1965) beragumen bahwa khususnya kegiatan-kegiatan pengolahan yang
terpisah atau spesifik dan produk diferensiasi dengan skala yang rendah adalah
factor-faktor paling penting yang menjelaskan keberadaan UMKM di negara sedang
berkembang (NSB).
A. Pangsa Tenaga Kerja
Walaupun
hubungan antara besarnya antara unit usaha dan tingkatan pembangunan ekonomi
telah diungkapkan oleh sejumlah peneliti lewat analisis mereka terhadap
tahap-tahap pembangunan, literature teori yang ada mengenai bahagimana UMKM
akan dipengaruhi oleh pendapatan riil perkapita (sebagai suatu indicator dari
tungkat atau proses pembangunan ekonomi) hingga saat ini masih relatif
terbatas. Perhatian terhadap isu ini pertama kali diberikan oleh Hozelitz yang
dijabarkan dalam tulisannya(1959) mengenai industrialisasi di Jerman. Ia
menunjukkan bahwa pada tahap awal pembangunan, sektor manufactur di negara itu
didominasi oleh pengrajin-pengrajin dan banyak dari mereka akhirnya berkembang
menjadi usaha-usaha besar; sedangkan yang lainnya gugur atau kegiatannya
mengalami stagnasi.
Namun
demikian, Hozelitz(1959) tidak menganalisis secara eksplisit sifat alami dari
keterkaitan antara tingkat industrialisasi dan perubahan structural didalam
sector manufactur. Dia lebih menekankan pada karakteristik dari biaya produksi
yang rendah, yang ia simpulkan sebagai kunci keberhasilan dari UMKM. Rendahnya
biaya produksi disebabkan terutama oleh pemakaian anggota-anggota keluarga
sebagai pekerja-pekerja tidak dibayar.
Mengikuti
penelitiannya Hozelitz, Parker ( 1979) dan Anderson (1982) juga mengembangkan
tipologi fase pertumbuhan yang jika di klasifikasikan menurut skala,
berlangsung melalui 3 fase.
o Fase pertama
Tahap
awal pembangunan industri ( ekonomi masih dicirkan dengan ekonomi agraris).
Dalam tahap ini, UMI lebih terkonsentrasi di industri-industri seperti pakaian
jadi, pandai besi, alas kaki, kerajinan, bahan-bahan bangunan sederhana, serta
makanan dan minuman. Dibanyak Negara, termasuk Indonesia, kebanyakan UMI adalah
usaha sendiri tanpa pekerja ( didalam literature umum disebut self-employment
atau unit usaha satu orang dimana pemilik melakukan semua pekerjaan).
o Fase kedua
Diwilayah-wilayah
yang lebih berkembang dengan pendapatan perkapita lebih tinggi, UK dan UM
(sebut UKM) mulai muncul dan tumbuh pesat, dan secara perlahan menggeser UMI di
sejumlah subsector manufaktur. Ada sejumlah factor yang bias menjelaskan
ekspansi UKM pada fase ini. Steel
(1979), misalnyamenekankan salah satunya adalah pentingnya pasar (dia sebut cash
market, yang artinya pasar dimana penjualan dan pembelian dilakukan dengan
uang) yang berkembang.
o Fase Ketiga
Pada
tahap terakhir pembangunan, pabrik-pabrik besar (UB) menjadi dominan,
menggantikan UKM ( dan juga UMI yang masih ada) di sejumlah industry. Menurut
Anderson (1982) fase ini sebagian adalah suatu produk dari fase dua sejak
pertumbuhan output dan kesempatan kerja di UB dapat dibagi ke:
a. Perkembangan
skala usaha dari yang sebelumnya UKM menjadi UB
b. Perluasan
skala produksi dari UB
Dapat
dikatakan bahwa bukti empiris mengenai pola perubahan struktur usaha yang
sistematis disektor industry, walaupun masih terbatas, lebih banyak daripada
literature teorinya. Penelitian-penelitian dari Snodgrass dan Biggs (1996) and
Tambunan (1994) mungkin dapat memberikan suatu gambaran umum mengenai pentingnya
UMI dan UK secara relative menurut Negara dengan tingkat pembangunan ekonomi.
Mungkin
penelitian dari Beck dkk. (2003) dapat dikatakan sebagai studi empiris lintas
Negara pertama mengenai relasi antara pertumbuhan UMKM dan pertumbuhan ekonomi
dengan memakai data pangsa UMKM di dalam total kesempatan kerja di industry
manufaktur dari suatu jumlah besar Negara di Afrika, Eropa, Asia dan Amerika.
Untuk analisis mereka, dikembangkan dua jenis pengukur skala usaha
B. Pangsa Output
Komposisi
output dari UMKM di industry manufaktur juga bergeser dalam proses pembangunan.
Saat pendapatan perkapita meningkat, kegiatan-kegiatan UMKM bergeser dari
industry-industri ringan dengan pengolahan sederhana ke industry-industri berat
yang memproduksi barang-barang antara dan kemudian barang-barang modal dengan
proses yang lebih rumit (Biggs dan Oppenheim, 1986). Dalam kapita lain, dengan
berjalannya pembangunan atau meningkatnya pendapatan perkapita, pangsa UMKM
yang membuat barang-barang tradisional sebagai suatu persentase dari jumlah
kesempatan kerja atau perusahaan di industry-indutri terkait berkurang
(Liedholm dan Parker, 1989)
Biggs
dan Oppenheim (1986) juga menunnjukkan bukti yang mengindikasikan bahwa
pergeseran sektoral atau perpindahan dari sebelumnya membuat produk-produk
sederhana ke produksi barang-barang yang lebih canggih di dalam suatu kelompok
industry berlangsung bebarengan dengan perubahan skala usaha, yakni dari UMI
menjadi UK, dari UK ke UM, dan dari UM tumbuh menjadi UB.
Di
dalam sebuah negara, perbedaan-perbedaan dalam pola transisi di dalam kelompok
UKM (yaitu perkembangan dari UMI menjadi UK menjadi UM) atau dari UM menjadi UB
juga terjai menurut lokasi, yakni antara pedesaan atau perkotaan.
Perbedaan
karakteristik juga kelihatan dalam kewirausahaan. Untuk ini, Liedholm (1973)
beragumen bahwa di pedesaan pengusaha-pengusaha mikro dan kecil memiliki
perbedaaan-perbedaan dalam latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang
sbstansial dibandingkan rekan mereka di perkotaan.
Perbedaan
dalam orientasi pasar juga kelihatan nyata. Hasil observasi dari Chuta dan
Liedholm (1985) di Sierra Leone (Afrika) mengungkapkan adanya suatu
ketertarikan erat antara laju pertumbuhan UMKM dan jumlah pekerjanya dengan
luas lokasi: laju pertumbuhan UMKM di perkotaan lebih pesat dibandingkan di
pedesaan. Alasan utamanya menurut Anderson (1982) adalah pertumbuhan pasar yang
lebih pesat di perkotaan daripada di pedesaan.
Seangkan
menurut Byerlee (1973) adanya perbedaan dalam pola perubahan atau pembangunann
antara UMKM pedesaan dan UMKM perkotaan, disebabkan oleh pola penawaran dan
permintaan dari perusahaan-perusahaan di pedesaan yang sangat berbeda dengan di
perkotaan, walaupun dalam skala yang sama.
D. Pola Keseluruhan
Baik
Hoselitz (1959) maupun Anderson (1982)memprediksi bahwa keunggulan komparatif
dari UMKM akan berkurang terus dan UB akan semakin mendominasi ekonomi dengan
semakin majunya pembangunan.
2.1.2
Teori-teori “Modern”
Pada
dekade 80-an, muncul tesis flexible specializatin (FS) dan sejak itu sudah
banyak makalah-makalah seminar, penelitian-penelitian, artikel-artikel
dijurnal-jurnal, dan buku-buku yang ditulis mengenai isu baru ini.
Konsep
FS berasosiasi erat dengan buku yang terkenal dari Piore dan Sabel (1984)
mengenai “ the second industrial divide”. Di dalam buku ini, menegaskan bahwa
UMKM di lokasi-lokasi itu telah menjadi bentuk yang dominan dari organisasi
industri.
Dalam
beberapa tahun belakangan ini muncul literatur yang hampir serupa dengan tesis
FS, tetapi secara eksplisit melihat UMKM atau wirausaha sebagai sumber inovasi.
Literatur ini menegaskan bahwa UMKM yang melakukan suatu strategi inovasi
adalah UMKM yang akan bisa membuat produk-produk yang kompetitif yang berarti
juga UMKM yang bisa bertahan terus dan bahkan berkembang pesat.
Literatur
ini didukung oleh banyak studi kasus mengenai peran UMKM sebagai motor
penggerak inovasi dan efek positifnya terhadap industri-industri dimana UMKM
tersebut beroperasi pada khususnya dan ekonomi pada umumnya. Hasil penelitian
dari Audretsch dan
Fritsch
(2002) mengungkapkan bahwa di daerah-daerah yang tingkat kelahiran
perusahaan-perusahaan baru lebih tinggi juga menunjukkan pertumbuhan ekonomi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan di daerah-daerah yang sebaliknya, yang
tingkat membuka atau memulai usahanya rendah. Mereka menyimpulkan bahwa motor
penggerak pertumbuhan telah bergeser ke kewirausahaan sebagai suatu sumber
pertumbuhan. Hal yang serupa juga dijumpai oleh Reynold (1999) dengan data AS
yang menunjukkan adanya suatu keterkaitan positif antara derajat dari
perkembangan kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi.
Di
Rusia, Struthers dkk. (1996) melihat kehancuran rezim komunis beserta sistem
ekonominya yang sentralistik menjadi suatu kesempatan besar bagi perkembangan
UMKM, dan salah satu caranya adalah dengan mentransfer semua BUMN yang bangkrut
menjadi usaha-usaha yang lebih kecil dan efisien.
Rothwell dan Zegveld (1982) menguraikan beberapa
alasan dari kebijaksanaan umum yang mendukung UMKM, diantaranya yang terpenting
adalah: (i) distribusi dari kekuatan pasar lewat sebuah sistem dari UMKM
membuat suatu distribusi dari kekuatan pasar yang lebih baik didalam masyarakat
secara umum
(ii)
suatu tingkat konsentrasi pasar yang tinggi mengakibatkan ekonomi tidak
efisien.
(iii)
UMKM bisa berfungsi sebagai suatu peredam terhadap goncangan kesempatan kerja, misalnya pada saat krisis ekonomi
1997/1998 di Indonesia, dan
(iv)
UMKM menghasilkan produk-produk yang lebih bervariasi yang bisa memenuhi selera
individu masyarakat.
Sedangkan dari perspektif inovasi atau perubahan
teknologi, beberapa alasan kenapa UMKM sangat penting adalah sebagai berikut:
(a)
perubahan teknologi paling baik dipromosikan didalam sebuah sistem yang
menggunakan potensi dari relasi atau kerjasama yang saling menguntungkan antara
UMKM dan UB,
(b)
banyak bukti yang menunjukkan bahwa UMKM sangat aktif dalam kegiatan-kegiatan
inovasi yang bertanggungjawab untuk suatu pangsa yang besar dari
inovasi-inovasi yang ada,
(c)
ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa UMKM memiliki suatu kinerja yang
lebih tinggi daripada UB.
2.2
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi pola perubahan.
2.2.1
Faktor pendapatan-permintaan
a) Perubahan permintaan
Dari perdebatan antara literatur “klasik” mengenai
UMKM di NSB dan tesis FS yang dikembangkan berdasarkan dinamika UMKM disejumlah
NM , dapat disimpulkan bahwa efek dari pertumbuhan pendapatan dan pergeseran
permintaan terhadap UMKM bisa positif atau negatif. Itu tergantung pada
karakteristik dari perubahan tesebut dan kemauan atau cara UMKM melakukan
penyesuaian.
b) Pola permintaan terhadap produk-produk UMKM di
perdesaan
Mengetahui bahwa sebagian besar dari UMKM di NSB ( terutama
negara-negara miskin) adalah UMI dan berlokasi di perdesaan , efek dari
peningkatan pendapatan di perdesaan atau modernisasi perekonomian perdesaan
pada permintaan lokal terhadap produk-produk buatan UMI perdesaan menjadi isu
penting . Di perdesaan
merupakan output pertanian meningkat yang
selanjutnya menbuat pendapatanperdesaan meningkat , sebagai suatu konsekuensi
langsung , pasar-pasar baru bermunculan untuk barang-barang konsumen dan
barang-barang modal , seperti mesin-mesin dan alat-alat , produksi untuk
pertanian , tetaapi tersebar , tidak terpusat disatu atau beberapa lokasi
khusus.
Namun demikian ,perbaikan insfrastruktur dan fasilitas
transportasi diperdesaan bisa juga menciptakan pasar baru diperkotaan bagi
barang-barang buatan industri perdesaan , dan ini akan menjadi suatu pendorong
bagi pertumbuhan industri perdesaan.
Seperti telah dibahas sebelumnya , peningkatan pendapatan
perdesaan sebagian besar berasal dari
peningkatan output dan berarti juga pendapatan
disektor pertanian , yang selanjutnya meningkatkan permintaan untuk
barang-barang nonpertanian . Ini artinya sumber pertanian terhadap
produk-produk dari industri-industri perdesaan sebagian berhubungan dengan
petumbuhan pendapatan disektor pertania ( Islam, 1987)
2.2.2 Faktor
pendapatan-penawaran
Perubahan pendapatan riil perkapita juga berpengaruh
terhadap pola dari perubahan kesempatan kerja di UMKM lewat sisi penawarannya ,
yaitu lewat pasar tenaga kerja dalam bentuk perpindahan tenaga kerja ke( atau
keluar dari) UMKM dari (ke) UB atau dari (ke) UMKM disubsektor-subsektor
manufaktur atau sektor-sektor lainnnya .
Misalnya , suatu studi dari Weijland(1992) terhadap
industri-industri perdesaan di Indonesia menunjukkan bahwa dipulau-pulau diluar
Jawa dimana penduduknya tidak terlalu miskin dan produktivitas tenaga kerja
dipertanian relatif tinggi, jumlah orang yang bekerja di UMI perdesaan relatif
lebih sedikit.
Suatu hipoteesis teori mengenai relasi antara perubahan
pendapatan perkapita dan perunahan pangsa kesempatan kerja atau output dari UMKM bisa dibuat
seperti berikut . Kenaikan pendapatan memberi efek posif terhadap UMKM lewat
pasar output (efek sisi permintaan postif) dan
pasar tenaga kerja (efek sisi penawaran positif) atau negatif lewat pasar
tenaga kerja(efek sisi penawaran negatif) dan pasar output (efek sisi permintaan
negatif).
2.2.3 Faktor
populasi-permintaan
Tingkat
permintaan perdesaan terhadap produk-produk lokal ridak hanya tergantung pada
tingkat pendapatan riil per kapita (dan faktor-faktor lain) , tetapi juga pada
besarnya populasi . Didalam penelitian Weijland(1991) yang menggunaka suatu
model ekonometri sederhana mengenai pertumbuhan industri perdesaan di Indonesia
, kepadatan penduduk juga ditemukan sebagai suatu faktor sisi permintaan yang
penting. Seperti harapan teori , disuatu daerah yang padat penduduk ,
permintaan lokal terhadap produk-produk buatan produk-produk buatan , UMKM
lokal lebih besar daripada disuatu daerah dengan jumlah penduduk yang sedikit.
2.2.4 Faktor
penawaran-produksi
White(1976) membuat suatu perbedaan antara faktor-faktor
permintaan dan penawaran dalam menelaskan besarnya kesempatan kerja nonpertania
di perdesaan. Menurutnya , kesempatan kerja ini ditentukan oleh suatu interaksi
yang kompleks antara dua kelompok faktor-faktor tersebut.
Singkatnya , relasi antara perubahan kepadatan populasi dan
perubahan pangsa tenaga kerja dari UMKM positif lewat pasar output( efek sisi permintaan positif) dan
pasar tenaga kerja (efek sisi penwaran positif)
2.3 Faktor-faktor
“Push” versus “pull”
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa relasi antara perubahan
pendapatan perkapita dan perbahan porsi dari total kesempatan kerja yang
bekerja di UMKM bisa negatif , saat pertumbuhan pendapatan yang merefleksikan
kesempatan kerja disektor-sektor lain lebih baik , yang mengakibatkan suatu
pertumbuhan negati dari penawaran tenaga kerja ke UMKM. Ini memberi kesan bahwa
UMKM berfungsi sebagai “pemampung terakhir” (last resort) bagi orang atau
keluarga miskin . Kebanyakan orang yang melakukan UMKM terutama UMI , di NSB
adalah dari kelompok miskin yang berpendidikan rendah ( bahkan banyak tidak
menamati sekolah dasar). Karena pendidikan mereka rendah , mereka tidak ada
harapan untuk bis mendapatkan pekerjaan, terutama disektor formal , dengan
pendapatan yang baik. Jadi , sebagai alternatif satu-satunya untuk bisa
bertahan hidup , mereka terpaksa bekerja di atau membuka UMI . Oleh karena itu
, tidak heran apabila UMKM dan UMI pada khususnya sangat banyak dinegara-negara
miskin .
Jadi , secara singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan
atau tetap banyaknya UMKM dan khususnya UMI di Indonesia bisa menandaka suatu pembangunan
yang positif , dalam arti banyak orang memang tertarik (pull) untuk
melakukannya karena berbagai alasan , seperti ingin mandiri (tidak mau bekerja
sebagai pegawai) , ingin mengembangkan kemampuan diri sendiri , dan karena ada
prospek pasar yang lebih baik ; atau karena terpaksa (push) seperti dalam kasus petani miskin
yang dibahas diatas.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa teori
perkembangan UMKM terdiri dari dua teori yaitu teori klasik dan modern. Dimana
dalam teori klasik dikemukakan dalam pemikiran-pemikiran Hozelith, Staley dan Porse,
serta Anderson. Dalam teori klasik beranggapan kalau khususnya
kegiatan-kegiatan pengolahan yang terpisan dan diferensisasi produk adalah hal
yang paling penting. Mereka mengidentifikasi tiga kategori kondisi bagi
keberadaan UMKM yaitu lokasi, proses
pengolahan, dan pasar atau tipe dari produk yang dihasilkan. Sedangkan teori
modern merupakan gabungan dari pemikiran-pemikiran Berry dan Mazumdar serta
Levy yang menyatakan dalam proses pembangunan, pangsa “ekonomi” dari UMKM akan
naik, bukan menurun seperti pendapat teori klasik. Walaupun akan bervariasi
antar Negara karena adanya perbedaan dalam banyak factor, antara lain kemampuan
tekhnologi, kesediaan SDM berkualitas dan tingkat dan pola dari proses
pembangunan. Faktor utama yang mempengaruhi pola perubahan yakni factor
pendapatan-permintaan, pendapatan-penawaran, populasi-penawaran, penawaran
populasi.
3.2 Saran
Teori-teori perkembangan UMKM harus disikapi dengan bijak oleh para
pemangku kebijakan guna mendukung perkembangan UMKM. Diharapkan para pemangku
kebijakan melakukan pelatihan dan pemberian bantuan teknis bagi UMKM agar bisa
meningkatkan inovasi.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Contoh contoh makalah /
Ekonomi
dengan judul Perkembangan UMKM dari Sisi Teori. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://study-succes.blogspot.com/2013/12/perkembangan-umkm-dari-sisi-teori.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Unknown - Friday, December 20, 2013
itu ada sumber kutipan kutipannya nggak? kalo ada bisa minta nggak?
ReplyDeletesangat Membantu makasih
ReplyDeletewww.gratisan-pol.blogspot.com
Apakah anda saat ini sering melakukan promosi, namun mirisnya tidak ada yang membeli satupun, padahal sudah mengeluarkan modal yang banyak, dan yang ruginya lagi anda tidak balik modal. Jangan biarkan ini terjadi kalau mindset anda ingin sukses.
ReplyDeleteTapi sekarang anda tidak perlu khawatir lagi, sekarang anda bisa tahu kesalahan promosi dan solusinya agar lebih 7 kali liapt untuk mendapatkan pelanggan dalam jumlah yang banyak, DIJAMIN, kalau penasaran langsung Klik Sekarang Disini