BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah
Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah adalah sebuah usaha ekonomi produktif yang memiliki
jumlah kekayaan dan penjualan tahunan tertentu dan hal tersebut diatur dalam
Undang-Undang untuk menentukan kategori usaha tersebut. Pengertian UMKM menurut
BPS di dalam Kuncoro usaha kecil identik dengan industri kecil dan industri
rumah tangga. BPS mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah pekerjanya,
yaitu: (1) industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang; (2) industri kecil
dengan pekerja 5-19 orang; (3) industri menengah dengan pekerja 20-99 orang;
(4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih
Menurut
Sri Winarni (2006) Pada umumnya, usaha kecil mempunyai ciri antara
lain sebagai berikut (1) Biasanya berbentuk usaha perorangan dan belum
berbadan hukum perusahaan, (2) Aspek legalitas usaha lemah, (3) Struktur
organisasi bersifat sederhana dengan pembagian kerja yang tidak baku, (4)
Kebanyakan tidak mempunyai laporan keuangan dan tidak melakukan pemisahan
antara kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan, (5) Kualitas manajemen
rendah dan jarang yang memiliki rencana usaha, (6) Sumber utama modal usaha
adalah modal pribadi, (7) Sumber Daya Manusia (SDM) terbatas, (7) Pemilik
memiliki ikatan batin yang kuat dengan perusahaan, sehingga seluruh kewajiban perusahaan
juga menjadi kewajiban pemilik.
Usaha
Mikro, Kecil,dan Menengah (UMKM) telah menjadi tulang punggung perekonomian
Indonesia. Sejarah membuktikan, ketika terjadi krisis moneter di tahun 1998
banyak usaha besar yang tumbang karena dihantam krisis tersebut, namun UMKM
tetap eksis dan menopang kelanjutan perekonomian Indonesia. Tercatat, 96% UMKM
di Indonesia tetap bertahan dari goncangan krisis. Hal yang sama juga terjadi
di tahun 2008-2009. Ketika krisis datang dan mengakibatkan perlambatan pertumbuhan
ekonomi, UMKM lagi-lagi menjadi juru selamat ekonomi Indonesia.
Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah juga berperan dalam memperluas lapangan kerja dan
memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan
dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional.
Berdasarkan data BPS (2003), populasi usaha kecil dan menengah (UKM) jumlahnya
mencapai 42,5 juta unit atau 99,9 persen dari keseluruhan pelaku bisnis di
tanah air. UKM memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja, yaitu sebesar 99,6 persen. Sementara itu, kontribusi UKM terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) sebesar 56,7 persen. Angka
tersebut terus meningkat seiring dengan pertumbuhan UMKM dari tahun ke
tahun.
Kinerja
UMKM di Indonesia memang cukup membanggakan, apabila dilihat dari jumlah UMKM
dan penyerapan UMKM terhadap tenaga kerja. Dalam bab selanjutnya akan dibahas
mengenai kinerja UMKM di Indonesia dan hambatannya.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Kinerja UMKM
Sudah sering sekeali didalama banyak
seminar dan media massa bahwa UMKM di Indonesia sangat penting, terutama
sebagai sumber pertumbuhan kesempatan kerja atau pendapatan. Dalam beberapa
tahun belkangan ini pemerintah telah menerapkan strategi baru. Didukung oleh
pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang baik, strategi ini
dipercaya bisa mendorong pembangunan ekonomi daerah sesuai keunggualan
komparatif dan kompetitif yang ada.
2.1.1 Pertumbuhan Unit Usaha dan Tenaga Kerja
Menurut data dari Menteri Negara
Urusan Koperasi dan UMKM (Menegkop & UKM) dan BPS pada tahun 2006, jumlah
UMK mencapai sekitar 99,77 persen dari jumlah usaha yang ada di Indonesia,
sedangkan jumlah UM dan UB masing-masing 0,22 peren dan 0,01 persen. Namun aju
pertumbuhan unit usaha dari kelompok UM jauh lebih tinggi daripada UMK
Dilihat dari aspek kesempatan kerja, pada tahun 2006 UMK
memeperkerjakan 80.933.384 orang, atau sekitar 91,4 persen dari jumlah angkatan
kerja yang bekerja. Menurut wilayah, sebagian besar UMKM terdapat di Jawa.
Distribusi wilayah dari \umk memberi kean adanya suatu korelasi positif antara
pertumbahan usaha dari kategori ini dengan pertumbuhan dari variabel penentu
sisi permitaan maupun sisi suplai.
Satu hal yang mencolok dari data BPS adalah sebagian bsar dari
jumlah UMK terdapat di sektor pertanian, sementara UB di sektor manufaktur.
Struktur UMK di Indonesia masih lemah alam kegiatan industri dibanding Taian,
Korea Selatan, dan Jepang. Indonesia ,e,iliki potensi industri, namun harus
memperbaiki penguasaan teknlogi informasi dan kualitas SDM.
kelompok industi yang paling penting bagi umk adalah makanan,
minuman, dan tembakau; tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki; dan produk
kayu. Dari hasil penelitian Thee (1997), Sato (1998), dan Tambunan (1999)
menemukan bahwa di Indonesia keterkaitan produksi dalam sisten subcntracting
antara UMKM dan UB di indutri otomotif, elektronik, dan mesinbelum sekuat
negara maju di wilayah Asia, khususnya Jepang, Korea Selatan, Taiwan.
2.1.2 Struktur
Output dan Pangsa PDB
Data
pemerintah menunjukkan bahwa dalam nilai riil, PDB dari UMK di semua sector
ekonomi pada tahun 1997 hanya 38 persen. Pada tahun 1998, pada saat krisis
ekonomi mencapai titik terburuknya dengan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai
minus 13 persen, kontribusi output dari UMK dalam pembentukan PDB riil naik
hanya sedikit, yakni hamper 41 persen. Pada tahun 1999, pangsa output agregat
dari kelompok usaha ini naik ke sekitar 41,3 persen, dan setelah itupada tahun
2000 naik lagi sedikit ke 40,4 persen dan kenaikan ini berlangsung terus hingga
2006. Selama periode krisis (1997-1998) laju pertumbuhan output di UMK tercatat
minus 19,3 persen, dan setelah krisis kinerja UMK lebih baik, walaupun dalam
tahun-tahun pertama laju pertumbuhan rata-rata per tahun masih negative sekitar
2,5 persen.
Tahun 2000 UM menyumbang PDB riil
sebesar 16,3 persen. Selama periode krisis, output-nya UM juga mengalami
pertumbuhan yang negative hampir 35%. Ini menunjukkan bahwa UM mengalami lebih
banyak kemunduran akibat krisis ekonomi daripada UMK. Sedangkan UB menyumbang
PDB riil sebesar 43 persen. Saat krisis UB juga mengalami penurunan yang
tinggi, namun setelah krisis perbaikan produksi di UB lebih baik daripada UMKM.
Laju
pertumbuhan output selama periode 2001-2006:
·
UMK mengalami kenaikan
dari 3,96 % menjadi 5,38%.
·
UM mengalami kenaikan
dari 4,59% menjadi 5,44%
·
UB mengalami kenaikan
dari 3,1% menjadi 5,7%.
Dilihat
dari pangsa PDB non migas, pangsa PDB
UMKM lebih besar daripada UB, dan sejak tahun 2005 cenderung meningkat terus.
Dan sumbangan UMK terhadap pembentukan PDB non migas dua kali lebih besar
daripada UM.
Dipandang
dari struktur PDB menurut skala usaha dan sektor tahun 2003-2006, UMKM memiliki
keunggulan di sector yang berbasis sumber daya local dan padat karya, seperti
pertanian dan perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan konsentrasi PDB dari
UM terjadi di sejumlah sector tersier. Dengan pangsa terbesar di sector
keuangan da lainnya. Dan pangsa terbesar dari UB adalah di sektor pertambangan
dan industri manufactur.
Selain
perbedaan dalam pemilikan factor-faktor utama penentu produksi, variasi dalam
pangsa PDB antara skala usaha itu juga bias dikarenakan perbedaan dalam
permasalahan dan kondisi eksternal ( termasuk tingkat persaingan dan kebijakan
pemerintah).
Pada
awal era orde baru, pemerintah menerapkan kebijakan subtitusi impor untuk
mengembangkan industry nasional. Lalu pada decade 80-an kebijakan tersebut
diganti dengan kebijakan strategi promosi ekspor. Dari dua kebijakan tersebut
mengakibatkan perkembangan yang pesat pada industri skala besar. Di era 70-an
dan 80-an banyak UB muncul di industry manufaktur . Namun, UMKM juga tidak
mengalami penurunan dalam subsector industri.
Penjelasan
utama dari kesanggupan UMKM diindonesia untuk tetap bertahan di tengah
–tengah persaingan persaingan ketat dari
UB dan barang-barang impor :
·
Kemampuan-kemampuan
mereka untuk mengeksplosit lowongan-lowongan yang ada
·
Mengonsentrasikan pada
kegiatan-kegiatan industry yang dicirikan oleh aglomorasi ekonomi daripada
skala ekonomi
·
Melayani pasar-pasar
tertentu yang dari sisi komersial tidak menguntungkan UB
·
Membuat barang-barang
yang pada proses produksinya tidak mudah diterapkan teknik/pola produksi
massal.
2.1.3 UMKM sebagai sumber kemiskinan
Distribusi
kesempatan kerja menurut skala usaha menegaskan bahwa UMKM merupakan penyerap
tenaga kerja terbesar dibandingkan UB. Dan UMKM juga penting sebagai salah satu
sumber penciptaan PDB. Namun secara teori, UMKM memiliki pangsa PDB yang tinggi
karena jumlah unit yang sangat banyak dengan pertumbuhan output rata-rata per
unit yang rendah. Dapat dikatakan UMKM memiliki produktivitas yang rendah
dibandingkan UB.
Khusus di industri manufaktur, periode 2001-2005, produktivitas
tenaga kerja di UB dan UM pada tahun 2005 tercatat sebesar Rp 257,58 juta per
pekerja, sedangkan UMK hanya sebanyak Rp 19,83 juta per pekerja. Pada tahun
2001, produktivitas tenaga kerja di UB dan UM sebesar Rp 167,70 juta di
bandingkan UMK hanya sebesar Rp 10,98 juta. ( sumber : BPS)
Alternatif lainnya untuk mengukur
tingkat kesejahteraan di UMKM adalah dengan menghitung tingkat produktivitas
per unit usaha, yakni nilai output atau nilai tambah perunit usaha. Dalam
kelompok UMKM tingkat produktivitas unit usaha dari UMK lebih rendah daripada
UM. Meskipun produktivitas unit usaha dai UMK terus meningkat secara konsisten,
nilainya tetap kecil, terutama dibandingkan dengan UB yang mencapai triliun
rupiah per perusahaan.
Selain nilai output , tingkat
produktivitas usaha diukur oleh rata-rata nilai penjualan per hari. Nilai omset
adalah nilai keseluruhan barang dan jasa yang diperdagangkan. UMI memiliki
nilai omset rata-rata perhari perusaha jauh lebih rendah dibandingkan UK
apalagi UM. Sedangkan rasio yang sama dikedua subkelompok usaha lebih tinggi
daripada rata-rata UMKM
Selain nilai output , tingkat
produktivitas usaha diukur oleh rata-rata nilai penjualan per hari. Nilai omset
adalah nilai keseluruhan barang dan jasa yang diperdagangkan. UMI memiliki
nilai omset rata-rata perhari perusaha jauh lebih rendah dibandingkan UK
apalagi UM. Sedangkan rasio yang sama dikedua subkelompok usaha lebih tinggi
daripada rata-rata UMKM.
Menurut sebuah laporan BPS ,
keuntungan UMKM terhadap keuangan keluarga mendukung pandangan tesebut. Ada
kecendrungan semakin besar skala usaha semakin besar rata-rata anggotarumah
tangga (ART) . Kelompok UMI memiliki rasio ketergantungan sebesar 4,3 yang
artinya rata-rata sebanyak 4,3 orang ART hidupnya dibiyai oleh satu unit UMI.
Kecendrungan lain adalah semakin besar skala usaha semakin besar pula
kontribusi keuntungan usaha tsb.
Kecilnya sumbangan keuntungan/
pendapatan UMKM terhadap total pendapatan RT pengusaha, menandakan bahwa sumber
pendapatan RT pengusaha UMKM tidak hanya dari kegiatan UMKM, tetapi juga dari
sumber lainnya. Ini artinya ada ART lainnya bekerja ditempat lain. Seperti pada
tabel 3.12 persentase dari ART yang bekerja diluar usaha di UMI lebih besar
daripada di UK dan UM. Dapat dikatakan bahwa semakin kecil skala usahasemakin
kecil pula peran usaha sebagai sumber utama / satu-satunya pendapatan RT.
Korelasi ini sejalan dengan korelasi positif antara skala usaha dan
produktivitas. Faktor utama yang membuat rendahnya produktivitas di UMKM di
Indonesia adalah tingkat pendidikan formal pekerja yang rendah dan keterbatasan
modal.Upaya peningkatan produktivitas tidak bisa tanpa nbantuan mesin modern
atau teknologi baru, dan pemakaian mesin modernitu sendiri tidak akan memberika
hasil optimal tanpa dibarengi keterampilan.
Rendahnya
tingkat pendidikan formal pekerja dan pengusaha di UMKM tidak hanya membuat
rendahnya produktivitas yang selanjutnya, sesuai mekanisme pasar, membuat
rendahnya pendapatan riil rata-rata per pekerja atau tingkat keuntungan
rata-rata per perusahaan.
2.1.4 Pengujian Teori ‘Klasik’ dan Teori ’ Modern’
Berdasarkan
teori klasik dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pendapatan riil per kapita,
semakin rendah pangsa PDM dari UMKM atau semakin sedikit jumlah unit usahanya.
Sedangkan berdasarkan teori modern sebaliknya.
Secara
metodologi, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menguji kebenaran
teori modern dan klasik. Salah satunya dengan menguji secara empiris bentuk
dari korelasi-korelasi antara UMKM dan
pendapatan per kapita dan program pemerintah untuk pengembangan UMKM dengan
menggunakan sebuah model regresi sederhana(LeastSquare ;LS)
Di
dalam studi ini, tingkat pembangunan ekonomi diukur dengan tingkat pendapatan
riil per kapita ,program-program pengembangan UMKM dari pemerintah dengan rasio
dari total pengeluaran pembangunan pemerintah terhadap PDB, sejak tidak ada
data lengkap, apalagi sifat nya deret waktu, mengenai pengeluaran-pengeluaran
pemerintah selama ini untuk membiayai berbagai macam program pengembangan UMKM;
dan pertumbuhan UMKM dengan pangsa dari total nilai tambah dari UMKM di dalam
PDB.
2.2
Permasalahan UMKM
2.2.1 Masalah- Masalah Utama
Perkembangan
UMKM di NSB dihalangi oleh banyak hambatan. Hambatan-hambatan tersebut berbeda
antar daerah satu dengan daerah lain. Namun demikian, ada sejumlah persoalan
yang umum untuk semua UKM di negara manapun juga, khususnya di dalam kelompok
NSB. Rintangan-rintangan yang umum tersebut termasuk keterbatasan modal kerja
maupun investasi, kesulitan-kesulitan dalam pemasaran, distribusi dan pengadaan
bahan baku input lainnya.
Survei BPS 2003 dan 2005 terhadap
UMI dan UK di industri manufaktur menunjukkan permasalahan-permasalahan klasik
dari kelompok usaha ini di Indonesia. Permasalahan utama yang dihadapi sebagian
besar dari responden adalah keterbatasan modal dan kesulitan pemasaran.
Walaupun banyak skim kredit khusus bagi pengusaha kecil, sebagian besar dari
responden, terutama yang berlokasi di pedalaman, tidak pernah mendapatkan
kredit dari bank atau lembaga lainnya.
Dalam hal pemasaran, UMKM pada umumnya tidak punya
sumber-sumber daya untuk mencari, mengembangkan atau memperluas pasar-pasar
mereka sendiri. Sebaliknya, mereka sangat tergantung pada mitra dagang mereka
(misalnya pedagang keliling, pengumpul atau trading house) untuk memasarkan
produk-produk mereka,atau tergantung pada konsumen yang datang langsung ke
tempat-tempat produksi.
Dapat
disimpulkan bahwa permasalahan-permasalahan utama berbeda antarnegara, termasuk
tingkat pembangunan UMKM, tingkat dan bentuk pembangunan ekonomi, sifat dan
derajat dari distorsi pasar, kebijakan pemerintah, dan tentu bentuk serta
intensitas dari intervensi pemerintah terhadap pembangunan UMKM. Namun
demikian, ada satu permasalahan yang dihadapi UMKM di semua Negara, yakni
keterbatasan modal yang terutama karena kecilnya atau tidak ada akses ke bank
atau lembaga keuangan lainnya.
2.2.2 Hambatan UMKM
Meskipun
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah menunjukkan peranannya dalam
perekonomian nasional, namun masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala,
baik yang bersifat internal maupun eksternal. Sebagai usaha yang ruang lingkup
usahanya dan anggotanya adalah (umumnya) rakyat kecil dengan modal terbatas dan
kemampuan manajerial yang juga terbatas, UMKM sangat rentan terhadap
masalah-masalah perekonomian.
Kuncoro
(2000) mengungkapkan ada beberapa kendala yang dialami oleh UMKM dalam
menjalankan usahanya. Kendala tersebut berupa tingkat kemampuan, ketrampilan,
keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan.
Lemahnya kemampuan manajerial dan sumberdaya manusia ini mengakibatkan
pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik. Secara lebih
spesifik, masalah dasar yang dihadapi pengusaha kecil adalah: Pertama,
kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Kedua,
kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur
terhadap sumber-sumber permodalan. Ketiga, kelemahan di bidang organisasi dan
manajemen sumber daya manusia. Keempat, keterbatasan jaringan usaha kerjasama
antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran). Kelima, iklim usaha yang
kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan. Keenam, pembinaan
yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta
kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil.
Hasil penelitian Schiffer-Weder (2001) dalam Rizali
secara keseluruhan juga memperkuat persepsi bahwa UKM menghadapi hambatan
berusaha yang lebih besar daripada UB. Bila dilihat dari persentasi jawaban
responden, secara umum hambatan utama dalam berusaha adalah sumber pembiayaan.
Badan Pusat
Statistik (2003) di dalam Sri Winarni (2006) mengidentifikasikan
permasalahan umum yang dihadapi oleh UMKM adalah (1) Kurang permodalan, (2)
Kesulitan dalam pemasaran, (3) Persaingan usaha ketat, (4) Kesulitan bahan
baku, (5) Kurang teknis produksi dan keahlian, (6) Keterampilan manajerial
kurang, (7) Kurang pengetahuan manajemen keuangan, dan (8) Iklim
usaha yang kurang kondusif (perijinan, aturan/perundangan)
Hasil
penelitian kerjasama Kementerian Negara KUKM dengan BPS (2003) di dalam Sri
Winarni (2006) menginformasikan bahwa UKM yang mengalami kesulitan usaha 72,47
%, sisanya 27,53 % tidak ada masalah. Dari 72,47 % yang
mengalami kesulitan usaha tersebut, diidentifikasi kesulitan yang muncul adalah
(1) Permodalan 51,09 %, (2) Pemasaran 34,72 %, (3) Bahan baku 8,59 %, (4)
Ketenagakerjaan 1,09 %, (5) Distribusi transportasi 0,22% dan (6) Lainnya 3,93
%.
Persentase
kesulitan yang dominan dihadapi UMKM terutama meliputi kesulitan permodalan
(51.09%). Lebih lanjut disebutkan bahwa dalam mengatasi kesulitan
permodalannya diketahui sebanyak 17,50 % UKM menambah modalnya dengan meminjam
ke bank, sisanya 82,50 % tidak melakukan pinjaman ke bank tetapi ke lembaga Non
bank seperti Koperasi Simpan Pinjam (KSP), perorangan, keluarga, modal ventura,
lainnya.
Sedangkan
permasalahan yang dihadapi UMKM dalam mendapatkan kredit modal usaha
antara lain adalah (1) Prosedur pengajuan yang sulit 30,30 %,
(2) Tidak berminat 25,34 %, (3) Pelaku UMKM Tidak punya agunan 19,28 %, (4)
UMKM yang tidak tahu prosedur 14,33 %, (5) Suku bunga tinggi 8,82
%, (6) Proposal ditolak (1,93 %).
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan beberapa hambatan yang dialami oleh UMKM.
Hambatan tersebut berupa:
a.
Kurangnya modal yang dimiliki oleh UMKM
b. Akses
terhadap modal yang sulit dijangkau
c.
Pengelolaan yang kurang profesional
d. Kesulitan
dalam persaingan usaha yang pesat
e.
Rendahnya tingkat inovasi pelaku UMKM
f.
Kebijakan pemerintah yang kurang pro UMKM
g. Bahan
baku sukar diperoleh
h. Pasar
yang cepat berubah selera sehingga pemasaran menjadi sulit
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kinerja
UMKM di Indonesia memang cukup bagus. Dapat kita ambil pernyataan jika pada
periode 2006-2010 merupakan masa pertumbuhan yang bagus bagi UMKM. Selama
periode tersebut UMKM bertambah sebanyak 4.801.929 unit atau sebesar 9,80%. Penyerapan tenaga kerja oleh UMKM juga
mengalami peningkatan yang cukup pesat. Selama 5 tahun, tercatat ada
peningkatan jumlah tenaga kerja UMKM sebanyak 11.492.177 atau 13,07%.
Namun
UMKM juga memiliki berbagai hambatan dalam hal pengelolaan usahanya. Masalah
utama yang dihadapi oleh UMKM adalah permodalan. Menyusul masalah lain adalah
pengelolaan yang kurang profesional, kesulitan dalam persaingan usaha yang
pesat, rendahnya tingkat inovasi pelaku UMKM, kebijakan pemerintah yang kurang
pro UMKM, bahan baku sukar diperoleh, pasar yang cepat berubah selera sehingga
pemasaran menjadi sulit.
B.Saran
Untuk lebih meningkatkan kinerja UMKM,
pemerintah perlu membuat
terobosan-terobosan dan alternatif program pemberdayaan UMKM.
Hambatan-hambatan UMKM juga harus dikurangi pemerintah dengan cara penumbuh kembangan
iklim usaha yang kondusif.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Contoh contoh makalah /
Ekonomi
dengan judul Makalah Kinerja UMKM dan Hambatannya. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://study-succes.blogspot.com/2013/12/makalah-kinerja-umkm-dan-hambatannya.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Unknown - Tuesday, December 17, 2013
saya khawatir ketika saya akan membeli rumah saya dengan nilai kredit buruk saya. saya ditolak pinjaman dari bank saya dan tidak bisa mendapatkannya. Saya menjelaskan kepada seorang teman, dia kemudian memperkenalkan saya kepada pria terhebat sepanjang masa pedro jerome. saya menjelaskan masalah saya kepadanya dengan mengirim teks ke suratnya dan dia membantu saya menyelesaikan semuanya dalam waktu 3 hari kerja. dia memberi saya pinjaman 400,000.00 euro untuk membayar rumah saya di mana saya juga digunakan untuk mengembangkan bisnis saya juga. semoga Tuhan memberkatinya! Anda dapat mengajukan pinjaman cepat dari mr pedro jerome yang bekerja dengan sekelompok investor .. dia penyihir yang dibicarakan semua orang di seluruh internet .. hubungi dia melalui surat di mr pedro pedroloanss@gmail.com. nomor whatsapp: +18632310632.
ReplyDelete